Meraih kesuksesan adalah impian semua orang. Tapi, tidak semua orang mampu meraih apa yang mereka impikan. Kenapa? Paling tidak ada 2 alasan: (1) Karena mereka tidak tahu rahasianya, dan (2) karena mereka tidak tahu cara mengaplikasikannya, meski mereka sudah tahu rahasianya.
Apa rahasia untuk meraih kesuksesan? Ada banyak…. Tapi pada saat ini, saya hanya ingin menyoroti satu hal saja, yakni KEBERSAMAAN.
KEBERSAMAAN yang saya maksud di sini adalah ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang jauh lebih ‘dalam’ dari sekedar bekerja sama. Jadi, bukan sekedar hubungan profesional biasa.
Mungkin definisinya yang paling sederhana dinyatakan dalam paribahasa: “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.” Artinya, segala sesuatu harus dihadapi, atau ditanggung, bersama-sama.
Pertanyaannya: Benarkah kebersamaan bisa membawa kita kepada kesuksesan? Mengingat iklim persaingan yang ada pada saat ini, KEBERSAMAAN menjadi sebuah kontradiksi yang tidak masuk akal?
Sebuah pelaku bisnis pernah menulis demikian: “Kejujuran dan keseriusan serta kebersamaan dalam bisnis ini adalah kunci kesuksesan kita.”
Eko Jalu Santoso, Founder Motivasi Indonesia dan Penulis Buku Motivasi “The Art of Life Revolution”, menyebut KEBERSAMAAN sebagai salah satu sifat positif yang Tuhan taruh dalam diri manusia, sebagai kunci meraih kesuksesan dalam segala bidang kehidupan.
Andrew Ho, seorang motivator, bisnisman dan penulis buku bestseller, pernah mengutip perkataan William Blake, seorang seniman: “No bird soars too high if he soars with his own wings. – Tidak ada burung terbang terlalu tinggi bila ia terbang dengan sayap-sayapnya sendiri.”
Andrew Ho mengatakan, “Kurang lebih William Blake mengungkapkan bahwa setiap mahkluk di dunia ini memerlukan satu sama lain untuk dapat berprestasi dan hidup bahagia. Meskipun kita berada di era modern, dimana segala sesuatu dapat dikendalikan dengan tehnologi mutakhir, tetapi kesuksesan berprestasi dan kebahagiaan kita masih sangat bergantung terhadap keberhasilan menciptakan networking.”
Beberapa opini ini menyatakan kepada kita betapa pentingnya KEBERSAMAAN sebagai kunci meraih KESUKSESAN.
Pertanyaannya: Bagaimana menciptakan KEBERSAMAAN itu? Ada beberapa unsur yang perlu kita ciptakan bersama.
Pertama, Sehati Sepikir. Dalam bahasa Yunani, kata ‘sehati sepikir’ bisa diartikan “memiliki tujuan dan sasaran yang sama.”
Dalam setiap perusahaan, terdapat banyak pikiran dan tujuan. Karena perusahaan sebagai sebuah organism terdiri dari banyak orang dengan berbagai alasan dan tujuan mereka bekerja.
Untuk meraih kesuksesan bersama, setiap pribadi yang menjadi bagian dari perusahaan itu harus mau ‘menanggalkan’ ambisinya pribadi dan berusaha mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam pernikahan, ada ungkapan “dalam satu perahu jangan sampai ada 2 nahkoda.” Demikian pula dalam dunia bisnis, dalam sebuah perusahaan jangan sampai ada lebih dari satu nahkoda atau tujuan.
Kedua, Tidak Egois. Memikirkan kepentingan bersama, dan bukan hanya mengejar kepentingan pribadi.
Egoisme sering menjadi kendala dalam sebuah kebersamaan. Ketika seseorang berusaha untuk ‘menang’ sendiri, atau berusaha menonjolkan diri sendiri supaya dilihat sebagai ‘kunci’ meraih kesuksesan.
Ketika itu terjadi, maka dalam perusahaan itu tidak akan tercipta sebuah KEBERSAMAAN.
Untuk menghindari hal ini, setiap anggota dari perusahaan harus mau memikirkan kepentingan orang lain juga. Dan menyadari bahwa kesuksesan sebuah perusahaan tidak ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga ditentukan oleh orang lain.
Dengan demikian, kita akan terhindar dari egoisme yang bisa merusak sebuah KEBERSAMAAN.
Ketiga, Kerendahan Hati. Kerendahan hati terekspresi dari sikap tidak sombong dan mau bekerja sama dengan orang lain.
Tidak menganggap diri mampu meski kita memiliki kemampuan. Tetap menyadari betapa pentingnya peran orang lain dalam meraih kesuksesan bersama.
Keempat, Kerelaan untuk Berkorban Demi Orang Lain. Tidak jarang, untuk menciptakan KEBERSAMAAN diperlukan pengorbanan.
Misal, mbayari saat pergi makan bersama. Atau, beli bingkisan saat salah satu di antara rekan ada yang jatuh sakit atau melahirkan.
Lebih jauh dari itu semua, pengorbanan yang dituntut lebih menunjuk pada masalah hati. Memikirkan dan siap menolong rekan, itu salah satu contohnya.